batasan hidup yang sehat akan membuat seseorang dapat menikmati kasih yang benar baik hubungannya kepada Allah dan kepada orang lain (teman/relasi), baik secara spiritual, emosi ataupun social.
Apakah batasan hidup?
Batasan hidup adalah keputusan yang kita ambil untuk membatasi sikap dan perilaku seseorangagar tidak merusak. Misalnya, relasi yang mengganggu, usil, tidak bertanggung jawab yang cenderung merugikan kita atau orang lain di sekitar kita. Batasan hidup juga berarti memberikan rasa aman tanpa ada ketergantungan dan kendali dari orang lain, dalam relasi kita. Misanya rasa takut salah, pasif dan menunggu orang lain dalam bertindak, merasa menjadi sapi perah, diperalat.
Prinsip-prinsip dasar dalam membangun Batasan
- Ketaatan kepada Allah, sebagai standar tertinggi (Lukas 10:27 Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu…)
- Mengasihi orang lain seperti dirinya sendiri (Lukas 10:27 … dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri
- Memikirkan terbaik untuk orang lain, namun lewat cara dan konteks yang baik(Matius 6:3 Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.)
- Melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita
Mengapa batasan hidup dalam relasi ini penting?
Karena sering seseorang tidak diajar memberi batasan-batasan yang sehat, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Akibatnya mereka tidak mengetahui bahwa yang mereka lakukan sebenarnya tidak sehat dan cenderung merusak.
Misalnya kalau ini terjadi dalam hubungan relasi kita dengan orang lain:
-
Ketika kita dengan relasi akan berkata “ya” bahkan untuk hal-hal yang buruk sekalipun, atau seballiknya
-
orang-orang yang akan berkata “tidak” bahkan untuk hal-hal yang baik.
-
Orang-orang yang tidak mempedulikan hak orang lain
-
Orang yang tidak peka dengan kebutuhan orang lain.
Apabila hal-hal di atas di langgar maka kadang seseorang akanmerasa:
-
Perasaan diperalat
-
Perasaan diperkuda/terbeban
-
Perasaan dimanipulasi
-
Perasaan ditekan/didominasi
-
Perasaan dilecehkan
Menentukan batasan-batasan dengan relasi
Kebutuhan kita yang paling dalam membangun batasan dalam relasi adalah untuk memiliki dan menjalin suatu hubungan yang saling mengasihi tanpa ada perasaan-perasaan yang tidak benar. Misalnya :
Hubungan antara atasan terhadap bawahan membebaskan diri dari kecanduan “kontrol” kepada si pengatur.Atau malah terjadi sebaliknya menghindarkan diri terhadap ketergantungan seseorang (orang-orang yang senang dikendalikan). Tidak hanya terjadi pada relasi di kantor saja, tetapi bisa terjadi dalam pelayanan.
Batasan dalam hubungan relasi, membebaskan seseorang untuk mencari keuntungan diri (orang-orang manipulasi).
Dari kedua contoh tersebut maka batasan diletakkan agar kita dapat memiliki ketenangan rohani dan emosi sosial.
Ketika kita tidak merasakan aman dengan relasi kita bahwa kita ini dikasihi, kita sering atau dengan terpaksa memilih di antara kedua pilihan buruk.
-
Pertama, Ketika Kita menetapkan batasan-batasan dan menanggung resiko kehilangan suatu hubungan. Hal ini apabila berkaitan dengan rasa takut tertolak atau akan merasa terasing dengan relasi kita.
-
Kedua, kita tidak menetapkan batasan-batasan dan menanggung resiko kehilangan hubungan dan menjadi tawanan terhadap harapan-harapan orang lain. Hal ini akan mengganggu baik perasaan dan emosi, spiritual serta fisik.Hal ini dapat terjadi terhadap kita yang tidak berani mengatakan YA atau TIDAK dengan tegas.
Musuh-musuh dalam membangun batasan dengan relasi
1. Konflik kepentingan
Sering semua aturan itu bertabrakan dan kita tidak tahu harus berbuat apa. Misalnya:
Budaya mengharuskan kita melakukan sesuatu yang tidak dikehendaki AllahMarkus 7:8 Perintah Allah kamu abaikan untuk berpegang pada adat istiadat manusia.”)
Ada diantara kita dalam relasi kita yang secara terus-menerus menyakiti atau membahayakan kita.
2. Manipulasi dan kendali
Seseorang yang sering dikendalikan akan mengalami banyak hambatan dalam membangun batasan terhadap orang lain. Manipulasi bertujuan hanya untuk mencari keuntungan sendiri, baik itu dalam pekerjaan, pelayanan atau dalam hubungan yang lain. Kendali berperan dimana seseorang yang memanipulasi bertujuan untuk mengendalikan seseorang. Tujuannya supaya keinginannya tercapai.
Misalnya : orang-orang yang menggunakan pemberian memiliki tujuan terselubung, atau orang yang berbuat baik karena ada motifasi yang lain.
Sikap hati berserah dalam membangun batasan yang sehat dengan relasi
-
Tanggung jawab – apa yang menjadi tanggung jawab saya, sesuai dengan peran dan fungsi saya (Matius 25:23Maka kata tuannya itu kepadanya: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.)
-
Menjaga hubungan – berani menegur Matius 18:15 “Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. 16 Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan.
-
Ketulusan dan kemurnian, (2 Korintus 1:12 Inilah yang kami megahkan, yaitu bahwa suara hati kami memberi kesaksian kepada kami, bahwa hidup kami di dunia ini, khususnya dalam hubungan kami dengan kamu, dikuasai oleh ketulusan dan kemurnian dari Allah bukan oleh hikmat duniawi, tetapi oleh kekuatan kasih karunia Allah.
-
Kerelaan – hal-hal apa yang dengan sukarela saya terima (Filipi 2:14 Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan
-
Menjadi teladan, 1 Timotius 4:12 Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.
Langkah-langkah praktis dalam membangun relasi
- Berdoa kepada Tuhan dan menyatakan: Permohonan-permohonan dalam membangun batasan secara spesifik, Perasaan-perasaan kita secara terbuka di hadapan-Nya, Menyerahkan perasaan negatif: ketakutan, kekhawatiran, keragu-raguan, kemarahan dll.
- Merenungkan apa kehendak Tuhan dalam hubungan kita dengan relasi kita.
- Membuat ketetapan hati untuk membicarakan batasan-batasan ini dengan orang lain, yang akan bersinggungan dengan batasan tersebut, misalnya teman sekantor relasi bisnis atau teman pelayanan.
- Berbagi dengan orang-orang yang bisa kita percayai tentang kebutuhan-kebutuhan kita dan apa yang sedang kita alami
- Memutuskan untuk mempercayai Allah, menyerahkan kendali hidup kita kepada-Nya, dan melakukan apa yang kita tahu benar dengan sebaik-baiknya.
Materi ini disajikan dalam acara Time To Share bekerja sama Duta Pembaharuan dengan Radio Impact 100,5 FM
by Sahara & Utami