KECEMASAN DALAM HIDUP

Hampir setiap orang mengalami yang namanya kecemasan. Disadari atau tidak kecemasan selalu hadir dalam hidup seseorang. Ketika kita berinteraksi dan berelasi dengan diri sendiri, orang lain dan dunia sekitar kita. Bahkan ketika kita sedang merasa tidak benar, dengan Tuhanpun dapat mengalami kecemasan.

Filipi 4:6-9 4:6 Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.

1 Petrus 5:7 5:7 Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

Apakah kecemasan itu?

Kecemasan (anxiety) dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Badudu-Zain, 2001) diartikan sebagai kekuatiran, kegelisahan, ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi. Itu juga berarti suatu perasaan takut, kuatir bahwa akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.

Dalam Kamus Konseling (Drs. Sudarsono, SH, 1996), kecemasan (anxiety) didefinisikan sebagai keadaan emosi yang kronis dan kompleks dengan keterperangkapan dan rasa takut yang menonjol.

Dalam konseling dikenal 3 (tiga) jenis kecemasan yang senantiasa ada dalam diri kita. Ketiga kecemasan itu adalah kecemasa alamiah (natural anxiety), kecemasan melumpuhkan (toxic anxiety)), dan kecemasan luhur (sacred anxiety).

Kecemasan Alamiah (natural anxiety)

Kecemasan alamiah (natural anxiety) merupakan kekuatiran yang spesifik, relaistik, masuk akal, dan berperan membawa pertolongan. Ia berkaitan dengan ketidakpastian alamiah di tengah kehidupan, ketidakpastian  tentang bagaimana sesuatu bakal terjadi. Ia juga merangkum konflik antara diri sendiri dengan dunia kehidupan. Di sinilah diri kita menghasilkan respon terhadap bahaya atau ancaman riil. Namun kecemasan alamiah tersebut merupakan hal yang wajar dan bisa diterima akal budi.

Kecemasan ini dilatar belakangi oleh pengalaman-pengalaman masa lalu yang terkoleksi dalam memori seseorang. Misalnya: pernah mengalami kejadian-kejadian yang menakutkan, membahayakan atau kejadian-kejadian yang lain. Kecemasan jenis ini lebih kepada dimulai dari sikap “jangan-jangan……”

Kecemasan Melumpuhkan (toxic anxiety)

Kecemasan melumpuhkan (toxic anxiety) merupakan kekuatiran bersifat kabur, non-realistik, tak masuk akal, repetitif namun tak efektif. Ia merangkum konflik diri sendiri dengan diri sendiri. Ia bersumber dari afeksi bawah sadar yaitu keinginan, pikiran dan memori yang disupresikan. Ia pula bisa bersumber dari kecemasan alamiah dan luhur yang ditekan dan tidak diekspresikan. Kecemasan ini dapat meracuni dan melumpuhkan diri kita sehingga ia di sebut kecemasan toksik.

Kita harus membiarkan Allah mengambil semua kecemasan dan masalah kita; Dia selalu memperhatikan semua yang kita pedulikan (1 Petrus 5:7).

Kecemasan Luhur (sacred anxiety)

Kecemasan luhur (sacred anxiety) merupakan keprihatinan-keprihatinan  atau kegelisahan-kegelisahan akhirat tentang kematian dan makna serta tujuan kehidupan. Ia adalah hasil  interaksi rasionalitas sadar, afeksi bawah sadar dan rahmat Tuhan. Ia lahir dari ketidaktahuan eksistensial yang direpresentasikan oleh pertanyaan seperti: apa makna dan tujuan kehidupan, apa nasibku setelah kematian dan apakah ada Tuhan.

Kecemasan ini dapat muncul karena sikap kita memandang kehidupan keluarga besarnya. Bila ia melihat penderitaan karena kemiskinan maka seperti apakah hidupku besok?

Refleksi:

Kita sedang mengalami kecemasan yang mana?

Setiap kecemasan perlu dicari akarnya masalahnya.

Kalau kita mau bertumbuh secara utuh maka kita mesti membangun relasi yang baik antara diri kita sendiri, Tuhan dan orang lain. Antara masa lalu, sekarang dan masa depan.

Leave a comment